Jakarta — Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kutai Barat melalui perwakilan resminya menghadiri kegiatan “Transformasi Pembelajaran dengan Google for Education” yang diselenggarakan oleh Google Indonesia, Rabu (8/5/2025) di kantor Google Indonesia, Pacific Century Place, Jakarta.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya mendorong digitalisasi pendidikan melalui pemanfaatan Google Workspace for Education (GWfE) yang lebih optimal dan berkelanjutan. Coaching klinik diberikan langsung oleh tim Google kepada jajaran dinas pendidikan terpilih dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk Kutai Barat.
Dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutai Barat, hadir Benedikus selaku Kepala Bidang Ketenagaan mewakili Kepala Dinas, Windu Pratama selaku Kasi PTK SMP, dan Bangkit Darmawan selaku Pendamping Pemanfaatan TIK (PemanTIK). Ketiganya mewakili komitmen daerah dalam transformasi digital yang inklusif dan terukur.
“Kami melihat ini sebagai langkah strategis untuk mendorong kualitas pendidikan yang adaptif dengan tantangan zaman. Kutai Barat siap bergerak bersama ekosistem Google for Education,” ujar Benedikus di sela-sela kegiatan.
Saat ini, Kutai Barat tercatat telah memiliki 4 sekolah yang menjadi calon kandidat Sekolah Rujukan Google (SRG). Meski jumlahnya masih terbatas, keempat sekolah ini diharapkan mampu menjadi titik tolak pengimbasan praktik baik bagi sekolah-sekolah lain di sekitarnya.
Dalam sesi klinik, Google Indonesia memaparkan beberapa komponen utama penguatan sekolah rujukan, di antaranya aktivasi akun Google Workspace secara menyeluruh, ketersediaan perangkat (minimal 60 Chromebook atau sejenis), serta peningkatan kompetensi guru melalui sertifikasi Level 1 yang ditargetkan mencakup minimal 30% dari total guru di sekolah.
Selain itu, hadir pula pemaparan praktik baik dari daerah lain seperti SDN 009 Balikpapan Utara yang memetakan potensi digital sekolah secara rinci, SMAN 2 Lembang yang sukses mengelola administrasi berbasis GWfE, hingga SDN 351 Kanikeh di Maluku Tengah yang memanfaatkan internet Starlink di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).
Langkah-langkah strategis juga dibagikan oleh para pemimpin daerah seperti Teddy Rahman (Bupati Seluma), Bravo (Kepala BTIKP Provinsi Sulawesi Utara), dan B. Anhar (Kepala Dinas Hulu Sungai Tengah) yang menekankan pentingnya komitmen pimpinan daerah, pembentukan tim digitalisasi, dan pemerataan akses teknologi pendidikan.
Transformasi pembelajaran digital bukan sekadar pilihan, tetapi keniscayaan. Kutai Barat bersiap menjadi bagian dari perubahan itu.